Rabu, 25 Mei 2011

PROFIL KOTA BATU



Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu secara geografis terletak antara 744'55,11" - 826'35,45" Lintang Selatan dan 12217'10,90" - 12257'00,00" Bujur Timur. Kota Batu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Luas wilayah Kota Batu 202,30 Km2 yang terbagi menjadi tiga kecamatan dan 24 desa/kelurahan.
Kota batu yang mempunyai hawa sejuk merupakan kawasan yang tepat untuk pertanian dan menanam buah, bunga-bungaan. Kota Batu memiliki Beberapa produk unggulan antara lain Apel, Anggrek Punten, Bonsai, bunga Hias, Bunga hias, Bunga Hias Barokah, Green House(Tanaman), Mawar (Holland, Singapore, India), Pembibitan Kentang, Pembibitan rambutan, jati emas.
Kota Batu merupakan kota pengunungan yang mana banyak sekali menghasilkan hasil perkebunan, dan salah satu
hasil perkebunan terbesar desa Torongrejo adalah bawang merah. Kota ini juga termasuk penghasil Jamur Tiram Putih dan Jamur tiram Sumbergondo yang banyak ditemukan di Desa Sumbergondo Kec. Bumiaji.
Kota Batu juga banyak memiliki aneka kerajinan yang sudah di ekspor ke mancanegara. diantaranya Kerajianan Onix, sudah merambah ke Luar Negeri. Selain itu juga sering mengikuti berbagai ajang pameran diseluruh Indonesia. Kerajinan Gerabah Patung, memiliki kerjasama dengan Negara Jepang. Dan Gerabah ini juga sudah merambah ke luar negeri. Kerajinan gong dan alat-alat pertanian, kerajinan ini mampu bersaing dengan pasar luar negeri di mana pernah menerima pesanan gong ke Belanda, Jerman dan Australi.
Kota Batu pernah dijuluki sebagai Swiss Kecil di Pulau Jawa serta kawasan wisata pegunungan yang sejuk. Di obyek wisata Songgoriti terdapat Candi Songgoroto dan patung Ganesha peninggalan Kerajaan Singosari serta tempat peristirahatan yang dibangun sejak zaman Belanda. Wisata gua di Cangar dan Tlekung, terdapat pula gua dengan kedalaman 15 km. Tempat wisata andalan lainnya adalah Selecta dan Kusuma Agrowisata (perkebunan apel) di lereng Gunung Panderman. Selain itu terdapat juga pemandian air panas di Cangar. Objek wisata lain di kota Batu adalah air terjun Coban Rondo, Coban Rais, dan Coban Talun.

untuk menikmati Indahnya kota Batu secara visual lihat info gambar gerak di sebelah kanan>>
Sumber Data: -
Updated: 15-3-2011

KUNJUNGAN BBPP KETINDAN KE SUMBERGONDO

Udara sore Kota Batu yang dingin menyapa ketika kami yang tergabung dalam tim peliput media BBPP Ketindan menyambangi Kantor Kelompok Tani (KT) Intisari (Inovasi Tani Swadaya Mandiri), yang terletak di Jalan Raya Tegalsari No.27, Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kota Batu. Kedatangan kami disambut langsung oleh Bapak Riyono dan Agus Sofyan, selaku ketua dan sekretaris KT Intisari. Menurut Agus Sofyan, sebenarnya KT Intisari telah berdiri sejak tahun 1992, namun baru diresmikan dihadapan notaris dan pemerintah daerah setempat pada tanggal 15 Oktober 2005 dan mendapat pengakuan sebagai KT kelas pemula pada tanggal 14 September 2006. Masuknya Agus Sofyan pada tahun 2006 memberikan nuansa baru bagi KT Intisari, sebagai salah satu aset desa dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi, memungkinkan dirinya melakukan penataan intensif bagi perkembangan KT dengan tujuan peningkatan kesejahteraan anggota.
KT yang hingga saat ini beranggotakan 125 petani terdiri atas beberapa divisi diantaranya divisi sapi perah, sapi potong, olahan, dan kios pertanian. Sebagian besar anggota KT merupakan petani apel yang merupakan komoditas utama dan unggulan Kota Batu. Hampir sekitar 88 hektar lahan di desa Sumbergondo ditanami apel dengan berbagai varietas, antara lain apel Manalagi, Rome Beauty, Anna, Wang Ling, Green Smith, serta beberapa jenis apel introduksi (bibit impor) diantaranya Evereste, Cevaal, Rode Biskoop, Top red, Mutsu , Melrose, Ecolette, Fuji -1, Granny Smith, M-9, M-26,  dan MM106. 

Dalam hal pemasaran produk, untuk apel segar, selain di Kota Batu sendiri, saat ini telah merambah  pasar nasional meliputi Bali, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Pada kondisi normal, produksi 1 ha lahan dapat mencapai 30-40 ton, namun menurut Bpk Riyono, saat ini produksi buah apel merosot tajam hampir sekitar 80% karena kondisi cuaca yang semakin tidak menentu (pancaroba), dimana 1 ha hanya mampu menghasilkan 1 ton, dan ini hanya bisa mencukupi kebutuhan pasar lokal kota Batu saja. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga mengakibatkan biaya perawatan dan pemeliharaan tanaman semakin meningkat, hal ini tentu saja menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi petani apel, karena biaya produksi menjadi sangat tinggi.
Sebagaimana permasalahan KT pada umumnya, KT Intisari juga menghadapi masalah mendasar yaitu permodalan, yang mengakibatkan kurang cepatnya dalam menangkap peluang produksi. Namun untuk mengatasi permasalahan tersebut, KT Intisari menjalin hubungan kerjasama dalam bidang teknologi, informasi, maupun permodalan dengan beberapa pihak diantaranya dengan PT. Dalzon Chemicals, PT. Petrokimia Kayaku Tbk, PT. Bayer Corps, PT. Weast Seed, PT.Dupont, dan PT.Sarikimia Unggul.
Pada kesempatan itu, kami juga mendapat sekelumit informasi mengenai program kerja KT Intisari tahun 2010 yang meliputi peningkatan sumber daya lokal (keragaman komoditas, penciptaan hubungan kemitraan, peningkatan sarana produksi) dan Klinik pertanian/ peternakan yang disponsori oleh PT. Bayer Corps, Petrokayaku Pesticide, Fertilizer Industries.Timpeliput(List,SMR,DM)©2010

PEDULI PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)



BATU- Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf menyatakan tahun 2011 ini sebagai tahun peduli Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perhatian pemerintah pada PAUD akan lebih besar, mengingat pondasi sumber daya manusia ada pada usia anak antara 0 sampai 4 tahun ini. 
‘’Perkembangan otak manusia terjadi sangat pesat pada usia 0 sampai 4 tahun, dimana usia tersebut dalam pendidikan dikenal dengan PAUD,’’ kata Gus Ipul, sapaan Wagub. Hal tersebut disampaikan saat memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Batu, pekan lalu.
Menurutnya, sampai dengan saat ini pemerintah masih belum menganggap begitu penting peran PAUD dalam mencetak sumber daya manusia yang andal. ‘’Untuk itu pada Hari Pendidikan Nasional ini kami jadikan sebagai tonggak peduli PAUD,’’ tegasnya.
Dikatakan, pengembangan pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi sudah berjalan sangat pesat. Namun untuk PAUD diakui baru pada tahun 2011 inilah akan dibenahi lebih baik. ‘’Sudah saatnya tahun ini kita peduli pada sekolah pembentukan dasar karakter, yaitu PAUD,’’ ujar Gus Ipul.
Sementara itu wujud konkret tentang perhatian pemerintah pada PAUD belum diketahui secara detail untuk daerah. Bahkan dana PAUD pada saat ini masih belum diketahui peruntukannya.
‘’Saya belum tahu dana PAUD dari pusat saat ini, kami akan mempelajari dahulu alokasi anggarannya,’’ kata Dewanti Rumpoko, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu, yang menjadi ketua Himpaudi Kota Batu.
Menurut Dewanti, saat ini yang terpenting dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah masalah ‘Bunda’ (ibu di kelompok bermain). Saat ini, para bunda yang ada di kelompok bermain kebanyakan masih berijazah SMA. Sementara amanah yang diberikan pada bunda sangatlah berat, yaitu memberikan pondasi kebaikan pada anak.
‘’Perlu ada peningkatan ilmu pada Bunda PAUD,’’ kata Dewanti Rumpoko yang akrab dipanggil Bu De.
Jika masalah pendidikan Bunda PAUD sudah teratasi, maka perlu adanya pembenahan pada fasilitas bermain anak, baik itu dalam bentuk sarana bermain di kelompok bermain maupun di fasilitas umum seperti di alun-alun.
‘’Fasilitas bermain bagi anak usia dini sangatlah penting, mengingat dunia mereka adalah dunia bermain bukan belajar. Jika sarana bermain baik, maka anak akan menjadi baik dalam perkembangan otak maupun perkembangan psikologis-nya,’’ tutur dosen Psikologi ini.
Dilanjutkan, peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan manusia berada pada usia 0-4 tahun. ‘’Jika baik dari awal maka selanjutnya akan menjadi manusia yang tangguh, dansebaliknya,’’ urainya. nca-KP kota Batu

PERGESERAN MAKNA RUANG PAGELARAN WAYANG KULIT


Seni pertunjukan wayang kulit Jawa merupakan salah satu kesenian tradisional yang sarat akan
filosofi dan kebijaksanaan. Demikian pula dengan Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa
dan kebudayaan yang beranekaragam dan berbeda  satu dengan yang lainnya, namun semuanya
turut memperkaya khsanah kebudayaan ditanah  air ini. Masyarakat Jawa yang telah mendapat
pengaruh dari budaya luar sebagai dampak arus perkembangan jaman, sebagian besar mulai
melupakan makna pagelaran wayang kulit, oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai
masalah pergeseran makna ruang pertunjukan wayang kulit Jawa sebagai usaha untuk
memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Keterkaitan pagelaran wayang  kulit dengan perubahan fisik ruang dan pergeseran nilai serta
makna yang terjadi pada obyek studi terkait, merupakan pokok permasalahan guna mencapai
tujuan penelitian yang mengamati pergeseran  makna ruang dalam bangunan tradisional Jawa
Joglo dan gedung pertunjukan, dikaitkan dengan pementasan wayang kulit Jawa.
Metoda yang digunakan adalah peneltian kualitatif dengan mengumpulkan data dari masyarakat
umum dan nara sumber terkait yaitu GBPH Yudhaningrat, serta pengelola gedung Pewayangan
Kautamaan TMII.
Temuan penelitian ini menunjukkan indikasi pergeseran yang disebabkan karena penyesuaian
terhadap berbagai perubahan yang terjadi mulai dari cara pementasan wayang kulit dulu dengan
sekarang. Serta yang meliputi pergeseran seperti peristiwa pertunjukan, waktu, penonton, konten,
dan ruang, dimana perbedaan ini pada akhirnya mengakibatkan munculnya pergeseran makna
ruang dalam suatu pementasan wayang kulit Jawa. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya pandangan orang terhadap sebuah pertunjukan kesenian tradisional
yang menyangkut dalam konteks waktu pertunjukan wayang kulit dulu dan pertunjukan wayang
kulit sekarang.
Agaknya kebudayaan Jawa yang syarat akan nilai-nilai etika, termasuk di dalamnya 
pakempakem pementasan wayang kulit Jawa, ternyata lebih dari sekedar system nilai yang pada
akhirnya berpengaruh kepada seluruh bidang kehidupan. Sistem nilai tersebut ternyata juga dapat
diwujudkan dalam bentuk fisik. Pergeseran makna ruang pertunjukan dari system nilai yang
terjadi seiiring dengan perkembangan jaman tersebut juga berpengaruh terhadap perubahan dalam
bentuk fisik, khususnya dalam penelitian ini melihat pergeseran makna ruang pertunjukan wayang kulit

JANGAN BIKIN BATU SEMAKIN PANAS

Batu (ANTARA News) – Sejumlah satwa langka yang pernah ada di kawasan hutan Kota Batu, Jawa Timur, terancam punah setelah adanya perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan.

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) “Pro Fauna” Indonesia, Rosek Nursahid di Batu, Selasa mengatakan, adanya perubahan fungsi hutan di wilayah Kota Batu menjadi penyebab utama punahnya sebagian satwa langka.

Ia menyebutkan, jika pada 10 tahun lalu terdapat 35 kelompok lutung jawa yang hidup di hutan kawasan Kota Batu, saat ini jumlahnya diperkirakan menurun menjadi 20 kelompok saja.

Sedangkan untuk elang jawa, jika dahulu ada 20 pasang, maka saat ini yang terlihat hanya dua pasang. “Selain karena perubahan fungsi hutan, pencemaran air dan penggunaan pestisida pada tanaman juga menjadi faktorpenghambat berkembangnya satwa langka itu,” katanya.

Ia menjelasakan, jika dahulu satwa langka tersebut mudah dilihat di wilayah Taman Hutan Rakyat (Tahura) R Soeryo Cangar, Gunung Panderman, Batu serta kawasan Pujon, Kabupaten Malang. Namun, saat ini sulit dilihat sebab jumlahnya yang terbatas.

“Saya mengamati, satwa itu sering terlihat di Tahura R Soeryo Cangar, Batu, di tempat lainnya sudah tidak pernah terlihat lagi,” katanya.

Ia juga menyesalkan pola hidup masyarakat Kota Batu yang seenaknya membuang limbah ke aliran sungai yang bisa mengakibatkan matinya ikan atau satwa penghuni sungai.

Untuk itu, jika ingin mengembalikan ke kondisi semula, diperlukan “moratorium” hutan atau penyelamatan hutan agar tidak seluruhnya ditebangi.

“Dengan moratorium, alih fungsi hutan diharapkan bisa menyelamatkan kerusakan hutan yang telah terjadi. Penggunaan perkebunan misalnya, dialihkan di luar hutan, dan hutan bisa dijadikan khusus untuk konservasi lingkungan,” kata Rosek.

Selain itu, dirinya meminta Pemkot Batu bisa mengimplementasikan moratorium tersebut dalam aturan tata ruang. “Dalam aturannya nanti, wajib tidak ada pembukaan 
lahan atau alih fungsi hutan untuk pembangunan,” katanya.

Sementara itu, terkait penggunaan pestisida pada tanaman seperti jamur, diharapkan tidak digunakan lagi, sebab jika tanaman jamur itu dimakan oleh hewan lebih kecil dan kemudian dimakan elang, maka mengakibatkan kekeroposan pada cangkang telur.

“Ini otomatis membuat elang jawa susah berkembangbiak, sedangkan perubahan hutan menjadi pemukiman atau menjadi lahan perkebunan juga berakibat semakin sulitnya satwa langka menemukan habitat aslinya,” ujar Rosek.

REHABILITASI HUTAN DIWILAYAH BUMIAJI, DARI SEKARANG !!!!

AHutan merupakan Sumber Daya Alam anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi seluruh umat manusia di planet bumi ini. Hutan tidak hanya memberikan kehidupan bagi masyarakat yang berada di sekitarnya akan tetapi hutan juga memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Namun demikian nilai filosofis hutan tersebut terus menerus mengalami penurunan. Penyebabnya karena faktor pengelolaan hutan yang tidak memperhatikan arti hakekat yang terkandung pada filosofis hutan, sehingga kelestarian lingkugan hidup menjadi terganggu. Semakin berkurangnya hutan di wilayah Indonesia maka sebagian besar kawasan hutan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana alam, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Upaya khusus yang diperlukan untuk menangani masalah tersebut. Dengan alasan tersebut yang menjadi pendorong peneliti tertarik untuk meneliti tentang upaya gerakan intensifikasi rehabilitasi alam Bumiaji (GIRAB), Kota BatuKondisihutan yang ada di Kota Batu, 60% berada di wilayah Kecamatan Bumiaji, tingkat kerusakan hutan yang terjadi di kawasan Bumiaji 5900 ha, dan berdampak kepada turunnya debit sumber mata air 50% akibat dari kerusakan hutan tersebut. Menyadari wilayah Kecamatan Bumiaji telah terancam, maka lahirlah suatu gagasan segar dan relevan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang kritis. Dengan nama Gerakan Intensifikasi Rehabilitasi Alam, Kecamatan Bumiaji(GIRAB).
Rumusan masalah, (1) bagaimana upaya gerakan intensifikasi rehabilitasi alam, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu? Dan (2) apa saja kendala yang di hadapi dalam upaya gerakan intensifikasi rehabilitasi alam, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu? Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui upaya gerakan intensifikasi rehabilitasi alam, Kecamatan Bumiaiji, Kota Batu. (2) untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam upaya gerakan intensifikasi rehabilitasi alam, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini sample yang diambil berjumlah 20 orang dengan tidak membedakan jenis kelamin dan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam menetapkan suatu analisa maka peneliti menggunakan analisa data deskriptif dengan model interaktif yang terdiri dari empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data (pengelolahan data), penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
Selanjutnya dalam kajian teori, peneliti mengacu kepada teori aksi Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver. Dalam teori aksi mengambarkan rasa ketidakpuasan sehingga memunculkan suatu tindakan.
Dari data yang telah peneliti peroleh, melalui penyajian data, peneliti menemukan bahwa upaya gerakan intesifikasi rehabilitasi alam Bumiaji yaitu reboisasi di kawasan hutan, penghijauan di luar kawasan hutan(kanan-kiri jalan, tepian sungai, sumber-sumber mata air, taman, kawasan obyek wisata alam, pekarangan rumah, halaman sekolah, kantor dan tempat-tempat ibadah, kerja bakti kebersihan lingkungan dan perkampungan sehat, pengembangan budidaya lingkungan pertanian yang ramah lingkungan dan olahraga lintas alam. Dan kendala yang di hadapi yakni tingkat kesadaran masyarakat masih kurang. Langka yang dilakukan yakni dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat, agar memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam Bumiaji demi mewujudkan Bumiaji Ecotourism yakni membangun Bumiaji berwawasan lingkungan pertanian dan pariwisata.

PNPM Perkotaan, Wadah Peluang Pengabdian Perempuan (Desa)




Oleh:
heroe.k 
PNPM Mandiri Perkotaan 

Kiprah perempuan Indonesia saat kini tidak terbatas pada kedudukannya di Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif saja, melainkan merambah pula ke banyak sektor lainnya. Kemampuan dan keberhasilan mereka menjadi kebanggaan bagi kita semua. Betapa tidak? Sudah tak terhitung berapa banyak prestasi yang diraihnya, sehingga mampu membuat mata kita terbelalak, berdecak kagum, bahkan terperangah atas segala buah karya kaum perempuan. 
Namun, pernahkah kita menengok kebelakang? Alangkah bijaknya bila kita mau mengakui bahwa semua ini tidak terlepas dari semangat perjuangan dan cita-cita dari tokoh perempuan Indonesia sekitar tahun 1859, yaitu R.A.Kartini.
Kartini yang wafat pada tahun 1904 dalam usia 25 tahun, saat melahirkan putra pertamanya, telah memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. Melalui surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya di Belanda dan akhirnya dibukukan oleh seorang Menteri Kebudayaan Belanda saat itu, telah membuktikan hal ini.
Masalah keterbelakangan pendidikan formal bagi perempuan menjadi perhatian serius Kartini. Oleh karenanya, ketika suaminya, Bupati Rembang, memberikan dukungan, saat itu pula Kartini mendirikan sekolah khusus bagi kaum perempuan. Sebab, menurutnya, kebangkitan, keberdayaan, dan persamaan hak bagi kaumnya hanya bisa diraih melalui pencerdasan dari buah pendidikan.
Saat itu, kaum perempuan tersisihkan. Seluruh peran strategis hanya didominasi dan dikuasai oleh laki-laki. Sedangkan para perempuan hanya cukup berperan sebagai pelengkap saja. Seolah-olah kaum perempuan tidak mampu berbuat sesuatu dan tidak berdaya sama sekali.
Salah satu penyebabnya adalah adanya sikap ego para lelaki yang tidak mau dikalahkan. Malah lebih parah, merasa dapat dipermalukan jika berada “di bawah” kaum perempuan. Sehingga, banyak kebijakan yang tidak berpihak kepada kaum perempuan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang teraniaya atas keputusan sepihak yang berlindung di belakang kata “kebijakan”.
Saat itu perempuan tidak memiliki akses untuk bersuara, apalagi menyampaikan pendapatnya! 
Termajinalkan. Kira-kira begitulah kondisi mereka saat itu. Suara mereka tidak pernah terdengar, atau lebih tepatnya tidak diperdengarkan. Malah bisa disebut dibungkam paksa. Sungguh sesuatu yang sangat memprihatinkan, menyedihkan, bahkan bisa dibilang memalukan. 
Mengapa bisa demikian? 
Keprihatian, kesedihan dan memalukan, seyogianya kondisi ini dirasakan oleh kaum lelaki yang menghargai harkat, derajat kaum perempuan. Ego, rasa sombong, menguasai perilaku laki-laki yang salah kaprah, sehingga bisa menelanjangi, bahkan dapat mempermalukan serta menjerumuskan diri sendiri. 
Kita sebagai kaum laki-laki pemberdaya, sudah seharusnya bersikap arif, bijak, untuk menyikapi permasalahan gender, bahkan sudah Seyogianya menjunjung tinggi persamaan hak.
Bagi para perempuan, tentunya pula kita tidak bisa memungkiri kodratnya: mengalami kehamilan, melahirkan, dan menyusui, adalah sejumlah proses kejadian yang tidak mungkin terhindarkan dan tidak mungkin dialami oleh kaum laki-laki. 
Namun diluar arti kodrat itu sendiri, ternyata banyak fungsi dan peran yang bisa “dipertukarkan” antara laki-laki dan perempuan, tanpa kesan terpaksa ataupun dipaksakan, sehingga kemunculan kesetaraan gender akan berproses dan berjalan dengan sendirinya.
Menggarisbawahi kesetaraan gender tersebut, mau tidak mau harus diakui secara mutlak oleh para lelaki, tidak hanya sekadar menerima dengan rasa tulus, jujur, serta penghargaan tinggi. Laki-laki harus legowo menerima kenyataan ini dan mendapatkan pengakuan dengan rasa hormat. Mereka harus mampu meruntuhkan ego, melunturkan kesombongan dan kekuasaan yang terlanjur tertanam pada dirinya.
Nah, sekarang bagaimana dan apa kaitannya para Kartini-Kartini (desa) dengan PNPM Mandiri Perkotaan yang sasarannya tersebar di seantero Nusantara ini?
Dalam program ini amat jelas dan tegas adanya penetapan tentang peran perempuan dalam uapaya penanggulangan kemiskinan (nangkis) yang dikemas cantik dalam program pemberdayaan masyarakat. Persentase partisipasi mereka dalam setiap siklus dan kegiatan minimal kehadirannya adalah sebanyak 30%.
Ketentuan ini sangat jelas dimaksudkan memberi peran perempuan secara signifikan. Memberi kepercayaan besar kepada  mereka untuk ikut mengambil kebijakan dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada perempuan untuk ikut terlibat dalam pembangunan (desa). 
Di saat lalu, tanpa disadari diskriminasi telah memiskinkan kaum perempuan. Mereka tidak memiliki akses bersuara. Mereka hanya mampu menggumam lirih di balik kesibukan tugas-tugas rutinnya melayani suami, mengurus rumah tangga, anak-anak, serta seabreg tetek-bengek lainnya, yang telah terpatri kuat di balik indahnya budaya dan tata krama yang menjerat mereka. Namun, dengan hati yang tulus ikhlas semua itu dilakoninya tanpa gerutu dan tanpa kerutan di kening. 
Sementara pada kenyataan sebenarnya, perempuan (desa) ternyata banyak yang memiliki potensi, memiliki motivasi, kreativitas, serta buah pikiran yang konstruktif, bahkan mampu melakukan perubahan-perubahan sosial yang signifikan dan menggoreskan keindahan warna lainnya. 
Seyogianya kita sepakat peran masyarakat termasuk para perempuannya dalam membangun dirinya, keluarga, membangun desa (lingkungan, sosial dan perekonomian rakyat), serta membangun keberdayaan masyarakat di lingkungannya dalam upaya nangkis, juga mengisi kemerdekaan sebagai bentuk kepedulian dan pengabdiannya kepada tanah air tercinta. 
Gerakan bersama para perempuan (desa) dalam upaya nangkis pula sebagai upaya peningkatan harkat dan derajat hidup mereka tanpa menanggalkan kodratnya sebagai perempuan.
Bagi para perempuan (desa), marilah bersama-sama berlomba membangun desa. Membangun lingkungan yang asri, hijau, dan sehat, demi anak cucu kita ke depannya. Bersama para lelaki kita bahu-membahu bekerja sama dan sama-sama bekerja demi kesejahteraan bagi keluarga dan sesama.
PNPM Mandiri Perkotaan adalah wadah yang tepat, program ini dengan maksimal dan seluas-luasnya telah memberikan peluang bagi para perempuan(desa) untuk berkarya dan berkarya. 
Mari kita pelihara serta kobarkan terus semangat Kartini di dada, kontribusi Anda ditunggu desa. Peran kalian dinanti lingkungan yang haus akan sentuhan dan belaian kasih perempuan. Semoga di suatu saat nanti, saat bertumbuh dewasanya anak cucu kita, akan tercipta lingkungan idaman, semoga. (PL)
Editor: Nina Firstavina

KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR


                                 


Tanggal Update : 14/02/2011 14:31:49
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi
 dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing
 mempunyai Pemerintahan Daerah.
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh 
 Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
 dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam 
Undang-Undang Dasara Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
 kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang 
ditentukan menjadi urusan pemerintah.
Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula selaku wakil 
 Pemerintah di daerah dalam pengertian untuk menjembatani dan
 memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah
 termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan 
urusan pemerintah pada strata pemerintahan kabupaten dan kota.  
(Sumber : UU No 32 Th. 2004)
Provinsi Jawa Timur di bagi atas daerah kabupaten dan kota, meliputi 29 
Kabupaten dan 9 Kota sebagai berikut :

01
Kabupaten Banyuwangi
http://www.banyuwangikab.go.id/
02
Kabupaten Madiun
03
Kabupaten Ponorogo
http://www.ponorogo.go.id/
04
Kabupaten Magetan

05
Kabupaten Pacitan
http://www.pacitankab.go.id/
06
Kabupaten Ngawi
http://www.ngawikab.go.id/
07
Kabupaten Bangkalan
http://www.bangkalankab.go.id/
08
Kabupaten Kediri
http://www.kedirikab.go.id
Kabupaten Bondowoso
http://www.bondowosokab.go.id/
10
Kabupaten Blitar
http://www.blitarkab.go.id/
11
Kabupaten Trenggalek
http://www.trenggalekkab.go.id/
12
Kabupaten Tulungagung
http://www.tulungagung.go.id/
13
Kabupaten Nganjuk
http://www.nganjukkab.go.id/
14
Kabupaten Situbondo
http://www.situbondokab.go.id/
15
Kabupaten Malang
http://www.malangkab.go.id/
16
Kabupaten Jember
http://www.jemberkab.go.id/
17
Kabupaten Sumenep
18
Kabupaten Pasuruan
http://www.pasuruankab.go.id/
19
Kabupaten Pamekasan
20
Kabupaten Probolinggo
21
Kabupaten Lumajang
22
Kabupaten Bojonegoro
http://www.bojonegoro.go.id/
23
Kabupaten Tuban
http://www.tuban.go.id/
24
Kabupaten Lamongan
http://www.lamongan.go.id/
25
Kabupaten Sidoarjo
http://www.sidoarjokab.go.id/
26
Kabupaten Sampang

27
Kabupaten Mojokerto
http://www.mojokertokab.go.id/
28
Kabupaten Gresik
http://www.gresik.go.id/
29
Kabupaten Jombang
http://www.jombangkab.go.id/
30
Kota Mojokerto
http://www.mojokertokota.go.id/
31
Kota Surabaya
http://www.surabaya.go.id/
32
Kota Madiun
http://www.madiunkota.go.id/
33
Kota Blitar
http://www.blitar.go.id/
34
Kota Malang
http://www.malangkota.go.id/  
35
Kota Batu
http://www.batukota.go.id/
36
Kota Pasuruan
http://www.pasuruan.go.id/
37
Kota Kediri
http://www.kotakediri.go.id/
38
Kota Probolinggo
http://www.probolinggokota.go.id/
 CopyRight © 2009 Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur