Rabu, 25 Mei 2011

KUNJUNGAN BBPP KETINDAN KE SUMBERGONDO

Udara sore Kota Batu yang dingin menyapa ketika kami yang tergabung dalam tim peliput media BBPP Ketindan menyambangi Kantor Kelompok Tani (KT) Intisari (Inovasi Tani Swadaya Mandiri), yang terletak di Jalan Raya Tegalsari No.27, Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kota Batu. Kedatangan kami disambut langsung oleh Bapak Riyono dan Agus Sofyan, selaku ketua dan sekretaris KT Intisari. Menurut Agus Sofyan, sebenarnya KT Intisari telah berdiri sejak tahun 1992, namun baru diresmikan dihadapan notaris dan pemerintah daerah setempat pada tanggal 15 Oktober 2005 dan mendapat pengakuan sebagai KT kelas pemula pada tanggal 14 September 2006. Masuknya Agus Sofyan pada tahun 2006 memberikan nuansa baru bagi KT Intisari, sebagai salah satu aset desa dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi, memungkinkan dirinya melakukan penataan intensif bagi perkembangan KT dengan tujuan peningkatan kesejahteraan anggota.
KT yang hingga saat ini beranggotakan 125 petani terdiri atas beberapa divisi diantaranya divisi sapi perah, sapi potong, olahan, dan kios pertanian. Sebagian besar anggota KT merupakan petani apel yang merupakan komoditas utama dan unggulan Kota Batu. Hampir sekitar 88 hektar lahan di desa Sumbergondo ditanami apel dengan berbagai varietas, antara lain apel Manalagi, Rome Beauty, Anna, Wang Ling, Green Smith, serta beberapa jenis apel introduksi (bibit impor) diantaranya Evereste, Cevaal, Rode Biskoop, Top red, Mutsu , Melrose, Ecolette, Fuji -1, Granny Smith, M-9, M-26,  dan MM106. 

Dalam hal pemasaran produk, untuk apel segar, selain di Kota Batu sendiri, saat ini telah merambah  pasar nasional meliputi Bali, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Pada kondisi normal, produksi 1 ha lahan dapat mencapai 30-40 ton, namun menurut Bpk Riyono, saat ini produksi buah apel merosot tajam hampir sekitar 80% karena kondisi cuaca yang semakin tidak menentu (pancaroba), dimana 1 ha hanya mampu menghasilkan 1 ton, dan ini hanya bisa mencukupi kebutuhan pasar lokal kota Batu saja. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga mengakibatkan biaya perawatan dan pemeliharaan tanaman semakin meningkat, hal ini tentu saja menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi petani apel, karena biaya produksi menjadi sangat tinggi.
Sebagaimana permasalahan KT pada umumnya, KT Intisari juga menghadapi masalah mendasar yaitu permodalan, yang mengakibatkan kurang cepatnya dalam menangkap peluang produksi. Namun untuk mengatasi permasalahan tersebut, KT Intisari menjalin hubungan kerjasama dalam bidang teknologi, informasi, maupun permodalan dengan beberapa pihak diantaranya dengan PT. Dalzon Chemicals, PT. Petrokimia Kayaku Tbk, PT. Bayer Corps, PT. Weast Seed, PT.Dupont, dan PT.Sarikimia Unggul.
Pada kesempatan itu, kami juga mendapat sekelumit informasi mengenai program kerja KT Intisari tahun 2010 yang meliputi peningkatan sumber daya lokal (keragaman komoditas, penciptaan hubungan kemitraan, peningkatan sarana produksi) dan Klinik pertanian/ peternakan yang disponsori oleh PT. Bayer Corps, Petrokayaku Pesticide, Fertilizer Industries.Timpeliput(List,SMR,DM)©2010

Tidak ada komentar: